Gel anestesi terbaru terbuat dari tumbuhan Acmella oleracea (kanan), yang ditemukan di pedalaman hutan tropis Peru. (foto:dok/telegraph.co.uk)
CAMBRIDGE – Sebuah gel anestesi baru yang terbuat dari “tanaman sakit gigi” yang digunakan suku Inka di Peru dapat menggantikan jarum dokter gigi. Ilmuwan dari Universitas Cambridge Inggris mengklaim temuan ini dapat sangat membantu pasien yang fobia pada suntikan.
Dr Françoise Barbira Freedman, peneliti dari Universitas Cambridge, mengatakan obatnya bisa mengubah praktik operasi gigi di dunia Barat. "Dengan pengobatan untuk sakit gigi ini berarti kita bisa melihat akhir dari beberapa suntikan dalam operasi dokter gigi,” kata Freedman, seperti dkutip dari Telegraph, Rabu (14/03).
Suku-suku asli menemukan sifat penghilang rasa sakit yang luar biasa dari tanaman Acmella oleracea. Ribuan tahun lampau tanaman ini digunakan oleh suku Inca untuk mengobati sakit gigi, bisul, abses dan membersihkan gigi mereka.
Menurut Freedman, tanaman ini bekerja dengan memblok ujung saraf untuk memberikan efek mati rasa yang berlangsung lebih dari satu jam. Dari hasil uji klinis, tanaman yang ditemukan di pedalaman hutan Amazon ini berhasil dalam tahap awal tanpa efek samping. Tanaman berbunga kuning ini juga mendapat umpan balik positif dari pasien.
Freedman menjadi orang asing pertama yang diterima dalam masyarakat suku Keshwa Lamas Peru pada 1975. Perempuan ini telah menghabiskan 30 tahun terakhir hidupnya dengan tinggal dan mengunjungi mereka.
Ampika Ltd, perusahaan komersial yang merupakan lengan dari Cambridge Enterprise, tempat Dr Freedman bekerja, akan membawa obat ini ke pasar. Gel anestesi ini akan dipasarkan sebagai alternatif alami untuk obat penghilang rasa sakit sintetis seperti Non-Steroid Anti-Inflammatory Drugs (NSAID) pada 2014. Tentu saja, jika pengujian lebih lanjut bergerak sesuai rencana.
Gel ini terbuat dari Acmella oleracea yang berasal dari hutan Amazon, Peru. Tanaman ini juga dibawa ke Asia selatan oleh para pelaut di abad ke-18 dan le-19 dan disebut “tanaman sakit gigi.”
Acmella oleracea memiliki kerabat dekat di Indonesia: Acmella paniculata yang dalam jamu disebut “ramuan sariwan.” Tanaman ini juga disebut jotang, gelang atau gulang, daun lada, seruni sapi, gletang, dan legetan. Bonggol bunga kuningnya yang cantik memiliki rasa rasa pedas, agak getir bila dikunyah, dan membuat rasa baal di lidah. Di Indonesia, tanaman ini juga dimanfaatkan untuk sakit gigi dan sariawan.
Freedman melanjutkan, ramuan ini membawa manfaat yang menjanjikan dalam prosedur perencanaan pada skala akar gigi. Juga berfaedah mengurangi rasa sakit pada bayi yang tumbuh gigi yang memang belum ada alternatif alami untuk mengatasinya. Tanaman ini juga berguna dalam berbagai kondisi lain, termasuk sindrom iritasi usus.
Peneliti ini mengaku tidak sengaja menemukan khasiat tumbuhan tersebut. Ketika melacak tumbuh-tumbuhan obat jauh di pedalaman hutan Amazon, dia terserang sakit dari gigi bungsunya. Salah seorang pria yang menemaninya meminta dia mengunyah tanaman itu. Seketika sakit giginya hilang. Ketika sakit itu datang lagi, pria tersebut memberi dia ramuan yang sama karena tahu dia pasti akan merasakan sakit lagi.
Dr Freedman mengaku sempat lupa terhadap tanaman obat tersebut. Sampai suatu kali seorang rekan neuroscientist meminta dia beberapa tahun kemudian untuk membawa beberapa sampel tanaman obat jika balik ke Inggris. Dan, ternyata uji klinis sampel tersebut sukses.
Dr Françoise Barbira Freedman, peneliti dari Universitas Cambridge, mengatakan obatnya bisa mengubah praktik operasi gigi di dunia Barat. "Dengan pengobatan untuk sakit gigi ini berarti kita bisa melihat akhir dari beberapa suntikan dalam operasi dokter gigi,” kata Freedman, seperti dkutip dari Telegraph, Rabu (14/03).
Suku-suku asli menemukan sifat penghilang rasa sakit yang luar biasa dari tanaman Acmella oleracea. Ribuan tahun lampau tanaman ini digunakan oleh suku Inca untuk mengobati sakit gigi, bisul, abses dan membersihkan gigi mereka.
Menurut Freedman, tanaman ini bekerja dengan memblok ujung saraf untuk memberikan efek mati rasa yang berlangsung lebih dari satu jam. Dari hasil uji klinis, tanaman yang ditemukan di pedalaman hutan Amazon ini berhasil dalam tahap awal tanpa efek samping. Tanaman berbunga kuning ini juga mendapat umpan balik positif dari pasien.
Freedman menjadi orang asing pertama yang diterima dalam masyarakat suku Keshwa Lamas Peru pada 1975. Perempuan ini telah menghabiskan 30 tahun terakhir hidupnya dengan tinggal dan mengunjungi mereka.
Ampika Ltd, perusahaan komersial yang merupakan lengan dari Cambridge Enterprise, tempat Dr Freedman bekerja, akan membawa obat ini ke pasar. Gel anestesi ini akan dipasarkan sebagai alternatif alami untuk obat penghilang rasa sakit sintetis seperti Non-Steroid Anti-Inflammatory Drugs (NSAID) pada 2014. Tentu saja, jika pengujian lebih lanjut bergerak sesuai rencana.
Gel ini terbuat dari Acmella oleracea yang berasal dari hutan Amazon, Peru. Tanaman ini juga dibawa ke Asia selatan oleh para pelaut di abad ke-18 dan le-19 dan disebut “tanaman sakit gigi.”
Acmella oleracea memiliki kerabat dekat di Indonesia: Acmella paniculata yang dalam jamu disebut “ramuan sariwan.” Tanaman ini juga disebut jotang, gelang atau gulang, daun lada, seruni sapi, gletang, dan legetan. Bonggol bunga kuningnya yang cantik memiliki rasa rasa pedas, agak getir bila dikunyah, dan membuat rasa baal di lidah. Di Indonesia, tanaman ini juga dimanfaatkan untuk sakit gigi dan sariawan.
Freedman melanjutkan, ramuan ini membawa manfaat yang menjanjikan dalam prosedur perencanaan pada skala akar gigi. Juga berfaedah mengurangi rasa sakit pada bayi yang tumbuh gigi yang memang belum ada alternatif alami untuk mengatasinya. Tanaman ini juga berguna dalam berbagai kondisi lain, termasuk sindrom iritasi usus.
Peneliti ini mengaku tidak sengaja menemukan khasiat tumbuhan tersebut. Ketika melacak tumbuh-tumbuhan obat jauh di pedalaman hutan Amazon, dia terserang sakit dari gigi bungsunya. Salah seorang pria yang menemaninya meminta dia mengunyah tanaman itu. Seketika sakit giginya hilang. Ketika sakit itu datang lagi, pria tersebut memberi dia ramuan yang sama karena tahu dia pasti akan merasakan sakit lagi.
Dr Freedman mengaku sempat lupa terhadap tanaman obat tersebut. Sampai suatu kali seorang rekan neuroscientist meminta dia beberapa tahun kemudian untuk membawa beberapa sampel tanaman obat jika balik ke Inggris. Dan, ternyata uji klinis sampel tersebut sukses.
Sumber: www. sinarharapan.co.id
Penulis : Albertina SC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tuliskan komentar anda