KEPIKUNAN atau demensia adalah kondisi yang lumrah dialami mereka yang sudah berusia lanjut biasanya 65 tahun ke atas. Kondisi ini biasanya ditandai dengan gejala mulai menurunnya daya ingat atau kemampuan berpikir yang kerap mengganggu aktivitas kehidupan sehari-hari.
Secara medis, demensia dapat disebabkan oleh proses penuaan atau degenerasi sel-sel neuron (syaraf) otak, seiring dengan bertambahnya usia. Meski proses penuaan ini tidak dapat dihindari, namun ada upaya yang dilakukan supaya kepikunan ini dapat dihindari atau setidaknya ditunda.
Menurut Dr.H.Samino Sp.S (k), dari Asosiasi Alzheimer Indonesia, kepikunan dapat dihindari dengan membiasakan gaya hidup sehat dan melakukan stimulasi kognitif agar sel-sel otak terus aktif. Dengan upaya ini, sel-sel saraf akan terus menghasilkan zat neurotransmitter yang dibutuhkan otak.
"Istilahnya use it atau lose it. Kita harus terus menggunakan sel-sel saraf di otak kalau kita tak mau kehilangannya. Kalau kita diam, berarti sel-sel saraf pun diam tidak melakukan aktivitas," ujarnya di Jakarta, Rabu (6/8).
Salah satu gaya hidup yang disarankan Dr Samino adalah menjaga kebutuhan nutrisi untuk otak melalui makanan bergizi. "Gaya hidup dibentuk oleh otak dan salah satu gaya hidup adalah kebiasaan makan. Makanan yang mengandung omega 3 dan kandungan antioksidan dalam sayur mayur serta buah-buahan itu direkomendasi untuk kesehatan sel-sel otak," ungkapnya.
Hal lain yang perlu diupayakan, lanjut Dr Samino adalah olahraga secara teratur mengingat gerakan fisik tidak terlepas dari fungsi mental seseorang.
"Gerakan yang terencana dan bersifat fisiologis akan memberi stimulasi atau merangsang fungsi sel. Itu berarti sel-sel saraf termanfaatkan," terangnya.
Sementara itu, bentuk stimulasi kognitif yang sederhana adalah membaca. Kegiatan mendengar musik juga merupakan stimulasi karena dapat mengaktifkan otak pusat persepsi pendengaran dan juga memori apa yang kita dengar.
Hal lain yang penting dalam menghindari kepikunan adalah mengurangi paparan terhadap zat-zat toksik. Sejumlah zat atau logam beracun seperti merkuri, timbal dan alumunium, tegas Dr.H.Samino dapat memberi dampak negatif terhadap sel-sel otak meski efeknya bersifat jangka panjang.
Zat timbal misalnya dapat terpapar melalui polusi dari asap kendaraan bila bahan bakarnya belum bebas dari logam berat tersebut. Paparan merkuri kemungkinan besar didapat dari penambangan emas atau bidang kedoketeran gigi.
"Sedangkan paparan alumunium berpotensi berasal dari pasta gigi atau obat-obat maag yang mengandung aluminum silikat. Kalau pemakaiannya bersifat jangka panjang dan sering, tentu akan menambah risiko terjadinya penurunan kualitas daya ingat dan fungsi kognitif," tandasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tuliskan komentar anda